Ramadan tahun ini adalah Ramadan yg ke
sekian kalinya buat saya, yaa saya tidak tahu pasti, kapan pertama kali saya puasa,
oh iya perkenalkan nama saya Angga, seorang pelajar asal kota pelajar
Yogyakarta. Setiap kali bulan Ramadan datang entah kenapa saya selalu antusias,
gimana tidak setiap bulan Ramadan tiba selalu menorehkan sebuah cerita yg unik dan banyak kesenangan bagi saya. Salah
satunya jam pelajaran yg dikurangi, otomatis pulang sekolah lebih cepet, bagi
pelajar seperti saya pulang cepat saat sekolah adalah suatu hal yg menyenangkan dan tidak
menyenangkan, pasalnya tiap kali
saya berada dirumah
saya selalu ingin
belajar kesekolah, tiap
kali saya berada
disekolah inginnya pulang
kerumah.
Waktu itu
saya diajak oleh
teman sekampung saya untuk menyaksikan festival Apeman, Festifal Apeman adalah pagelaran tahunan
yang digelar untuk keempat kalinya semenjak diperkenalkan pada tahun 2010 di
Yogyakarta untuk menyambut
bulan Ramadan, festival ini
diadakan pada 06/07
tepatnya sepanjang jalan
Malioboro. Singkat cerita akhirnya saya dan teman saya tiba di
malioboro. Sebelum arak-arakan berlangsung saya melihat di sepanjang jalan
Malioboro digelar juga pameran instalasi seni luar ruang. Berbagai bentuk
kreasi seni unik mulai dari lukisan, boneka hingga layang-layang dipajang dan
bisa disaksikan oleh semua pengunjung yang melewati Jalan Malioboro. Setelah
dipamerkan beberapa kreasi itu kemudian diarak bersama kue apem diiringi dengan
pameran barongsai, tari-tarian, dan masih banyak lagi. Biasanya setelah kue Apem itu diarak, kue
apem itu akan dibagikan kepada masyarakat yg menyaksikan festival itu.
Meski digelar untuk menyambut datangnya Ramadan,
namun Festival Apeman juga melibatkan tokoh aliran kepercayaan dan waktu itu
sempat doa juga yg dipimpin oleh beberapa tokoh, saya tidak tahu fungsi
melibatkan tokoh aliran kepercayaan itu untuk apa, yg jelas saya waktu itu
menikmati saja jalannya Festival Apeman ini. Dan arak-arakan ini berakhir di
halaman Gubernuran DIY, saat itu semua masyarakat berkumpul di halaman Gubernuran
DIY termasuk saya dan teman saya yg hadir di tengah-tengah para pengunjung,
waktu itu sempat ada juga tausyiah pendek dan menceritakan tentang Filosofi
Apeman yg dipimpin oleh tokoh setempat. Setelah selesai tausyiah dan doa
akhirnya kue apem yg di arak tersebut dibagikan kepada semua masyarakat yg hadir
di halaman Gebernuran DIY, saya dan teman saya berniat ingin juga merasakan dan
mengambil kue apem yg diarak tadi, tapi belum juga melangkah sudah habis, yaa
karna waktu itu saya dan teman saya berdiri cukup jauh dari kue apem tersebut
jadi untuk menjangkaunya saja perlu berjalan melewati banyaknya masyarakat yg
sedang menyaksikan di halaman Gubernuran DIY.
Setelah Festival Apeman selesai saya dan teman
saya memutuskan untuk pulang dikarenakan hari sudah semakin sore dan mendekati
waktu berbuka. Saya melihat jam tangan yg dikenakan saya, waktu menunjukkan
pukul 17.25 WIB. Pikirku jika pulang ke rumah memerlukan waktu kurang lebih
30menit-an berarti itu sudah melewati waktu berbuka puasa. Akhirnya saya dan
teman saya memutuskan untuk mengunjungi pasar sore kauman, pasar yang digelar
setiap bulan Ramadan itu, berada sejak tahun 1973 di sebuah gang sempit di
Kauman, Gondomanan. Disana saya bisa menjumpai berbagai macam aneka rupa
makanan kecil hingga makanan utama dijajakan para pedagang yang berbaris
memanjang dari pintu gerbang sampai pertengahan jalan kampung. Bagi pecinta
wisata kuliner Pasar Sore Kauman bisa menjadi pilihan yg tepat untuk khazanah
di dunia kuliner. Makanan khas
jajan pasar mendominasi hampir semua stand para pedagang.
Akhirnya adzan berkumandang untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, saya dan teman saya membeli minuman untuk membatalkan puasa dan membeli kue lumpur, kue dengan warna kuning kontras dengan warna coklat kehitaman di bagian bawah serta penempatan di nampan warna merah membuat makanan ini mencuri fokus setiap pengunjung termasuk saya dan teman saya. Saya dan teman saya sengaja membeli makanan yg ringan hanya untuk membatalkan puasa saja, takutnya sesampai dirumah saya tidak makan karna kekenyangan. Oh iya yg uniknya lagi dari Pasar Kauman ini adalah pemandangan pengunjung yg saling berdesakan satu dengan yang lain. Tidak ada keributan antar pengunjung, toleransi pengunjung yg masuk dan keluar menjadi semacam kesepatakatan tidak tertulis. Keunikan yg lain tak ada kompetisi di antara para pedagang makanan itu. Semua menggelar dagangan dan semua percaya kepada rizki serta peruntungan masing-masing. Mereka bahkan saling bertukar uang kembalian, serta saling menawarkan dagangan tetangganya ketika mendengar ada permintaan pembeli yang tidak dapat dipenuhinya.
Sekian
ceritanya , matur nuwun J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar