Senin, 22 Juli 2013

“Festival Apeman dan Pasar Sore Kauman Sambut Ramadan di Yogyakarta”



           Ramadan tahun ini adalah Ramadan yg ke sekian kalinya buat saya, yaa saya tidak tahu pasti, kapan pertama kali saya puasa, oh iya perkenalkan nama saya Angga, seorang pelajar asal kota pelajar Yogyakarta. Setiap kali bulan Ramadan datang entah kenapa saya selalu antusias, gimana tidak setiap bulan Ramadan tiba selalu menorehkan sebuah cerita yg  unik dan banyak kesenangan bagi saya. Salah satunya jam pelajaran yg dikurangi, otomatis pulang sekolah lebih cepet, bagi pelajar seperti saya pulang cepat saat sekolah adalah suatu hal yg menyenangkan  dan  tidak menyenangkan, pasalnya  tiap  kali  saya  berada  dirumah  saya  selalu  ingin  belajar  kesekolah,  tiap  kali  saya  berada  disekolah  inginnya  pulang  kerumah.

           Waktu  itu  saya  diajak  oleh  teman  sekampung  saya untuk menyaksikan festival Apeman, Festifal Apeman adalah pagelaran tahunan yang digelar untuk keempat kalinya semenjak diperkenalkan pada tahun 2010 di Yogyakarta  untuk  menyambut  bulan  Ramadan, festival  ini  diadakan  pada  06/07  tepatnya  sepanjang  jalan  Malioboro. Singkat cerita akhirnya saya dan teman saya tiba di malioboro. Sebelum arak-arakan berlangsung saya melihat di sepanjang jalan Malioboro digelar juga pameran instalasi seni luar ruang. Berbagai bentuk kreasi seni unik mulai dari lukisan, boneka hingga layang-layang dipajang dan bisa disaksikan oleh semua pengunjung yang melewati Jalan Malioboro. Setelah dipamerkan beberapa kreasi itu kemudian diarak bersama kue apem diiringi dengan pameran barongsai, tari-tarian, dan masih banyak lagi.  Biasanya setelah kue Apem itu diarak, kue apem itu akan dibagikan kepada masyarakat yg menyaksikan festival itu.

             Meski digelar untuk menyambut datangnya Ramadan, namun Festival Apeman juga melibatkan tokoh aliran kepercayaan dan waktu itu sempat doa juga yg dipimpin oleh beberapa tokoh, saya tidak tahu fungsi melibatkan tokoh aliran kepercayaan itu untuk apa, yg jelas saya waktu itu menikmati saja jalannya Festival Apeman ini. Dan arak-arakan ini berakhir di halaman Gubernuran DIY, saat itu semua masyarakat berkumpul di halaman Gubernuran DIY termasuk saya dan teman saya yg hadir di tengah-tengah para pengunjung, waktu itu sempat ada juga tausyiah pendek dan menceritakan tentang Filosofi Apeman yg dipimpin oleh tokoh setempat. Setelah selesai tausyiah dan doa akhirnya kue apem yg di arak tersebut dibagikan kepada semua masyarakat yg hadir di halaman Gebernuran DIY, saya dan teman saya berniat ingin juga merasakan dan mengambil kue apem yg diarak tadi, tapi belum juga melangkah sudah habis, yaa karna waktu itu saya dan teman saya berdiri cukup jauh dari kue apem tersebut jadi untuk menjangkaunya saja perlu berjalan melewati banyaknya masyarakat yg sedang menyaksikan di halaman Gubernuran DIY.

              Setelah Festival Apeman selesai saya dan teman saya memutuskan untuk pulang dikarenakan hari sudah semakin sore dan mendekati waktu berbuka. Saya melihat jam tangan yg dikenakan saya, waktu menunjukkan pukul 17.25 WIB. Pikirku jika pulang ke rumah memerlukan waktu kurang lebih 30menit-an berarti itu sudah melewati waktu berbuka puasa. Akhirnya saya dan teman saya memutuskan untuk mengunjungi pasar sore kauman, pasar yang digelar setiap bulan Ramadan itu, berada sejak tahun 1973 di sebuah gang sempit di Kauman, Gondomanan. Disana saya bisa menjumpai berbagai macam aneka rupa makanan kecil hingga makanan utama dijajakan para pedagang yang berbaris memanjang dari pintu gerbang sampai pertengahan jalan kampung. Bagi pecinta wisata kuliner Pasar Sore Kauman bisa menjadi pilihan yg tepat untuk khazanah di dunia kuliner. Makanan khas jajan pasar mendominasi hampir semua stand para pedagang.

             Akhirnya adzan berkumandang untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, saya dan teman saya membeli minuman untuk membatalkan puasa dan membeli kue lumpur, kue dengan warna kuning kontras dengan warna coklat kehitaman di bagian bawah serta penempatan di nampan warna merah membuat makanan ini mencuri fokus setiap pengunjung termasuk saya dan teman saya. Saya dan teman saya sengaja membeli makanan yg ringan hanya untuk membatalkan puasa saja, takutnya sesampai dirumah saya tidak makan karna kekenyangan. Oh iya yg uniknya lagi dari Pasar Kauman ini adalah pemandangan pengunjung yg saling berdesakan satu dengan yang lain. Tidak ada  keributan antar pengunjung, toleransi pengunjung yg masuk dan keluar menjadi semacam kesepatakatan tidak tertulis. Keunikan yg lain tak ada kompetisi di antara para pedagang makanan itu. Semua menggelar dagangan dan semua percaya kepada rizki serta peruntungan masing-masing. Mereka bahkan saling bertukar uang kembalian, serta saling menawarkan dagangan tetangganya ketika mendengar ada permintaan pembeli yang tidak dapat dipenuhinya.


Sekian ceritanya , matur nuwun J


Tidak ada komentar:

Posting Komentar